Kamis, 16 Januari 2020

TARLING MANG SAKIM
Nama tarling diidentikan dengan nama instrumen gitar dan suling,asal usul tarling mulai muncul sekitar tahun 1931 di desa kepandean ,kecamatan/kabupaten indramayu.
Ada seorang komisaris belanda yang meminta tolong kepada warga setempat yang bernama mang sakim,untuk memperbaiki gitar miliknya. Mang sakim waktu itu di kenal sebagai ahli gamelan, usai di perbaiki sang komisaris belanda itu ternyata tak juga mengambil gitarnya. Kesempatan itu akhirnya dipergunakan mang sakim untuk mempelajari nada-nada gitar, dan membandingkannya dengan nada-nada pentatonis gamelan.
Ada pun anak buah mang sakim yang bernama sugra ,hal itu pun dilakukan oleh sugra. Sugra kemudian membuat eksperimen dengan memindahkan nada-nada pentatonis gamelan ke dawai –dawai gitar yang bernada diatonis.
Keindahan itu pun semakin lengkat setelah petikan dawai gitar di iringi dengan suling bambu yang mendayu-dayu. Alunan gitar dan suling bambu yang menyajikanmusik dermayonan dan cirebonan mulai mewabah sekitar dkd 1930-an.
Kala itu anak-anak muda diberbagai pelosok desa di indramayu dan Cirebon menerimanya sebagai suatu gaya hidup. Trend yang disukai dan popular, di jondol atau ranggonanak mudah suka memainkannya, seni musik ini mulai digandrungi.
Pada 1935 alunan musik tarling juga dilengkapi dengan kotak sabun yang berfungsi sebagai gendang, dan kendi sebagai gong . kemudian pada 1936, alunan tarling dilengkapi dengan alat music lain berupa baskom dan ketipung kecil yang berfungsi sebagai perkusi.
Sugra dan teman-temannya juga sering di undang untuk manggung di pesta-pesta hajatan, meski tanpa honor, biasanya panggung itupun hanya berupa tikar yang diterangi lampu petromaks(saat malam hari).
Tarling mang sakim pun banyak digemari warga, karena alunan musiknya yang sangat klasik sehingga banyak yang mengundang untuk acara-acara pesta ataupun acara lainnya. Mang sakim dan anak buahnya juga sangat senang meski tanpa honor. Karena ia lakukan buat kesenian yang ada di masyarakat.
Sehingga mang sakim dan anak buah nya mengembangkan kesenian tarling agar para pemudan dan masyarakat lainnya mengetahui tarling.
Sugra adalah sosok seniman tarling masa lalu. Masa ketika panggung tarling hanyalah gelaran tiker dipekarangan rumah diterangi lampu temple atau petromaks. Maka ketika tarling meramaikan hiburan warga yang tengah 'ngobong bata’ (membakar batu bata), ‘puputan umah’(peresmian rumah baru), ataupun ‘kebo lairan’ (kerbou melahirkan).masa ketika piringan hitam pita kaset atau rekaman lainnya adlah sesuatu yang nyata terbayangkan.
Sejarauan indramayu supali kasim menyebutkan ayah sugra yang bernama pak talim selama ini memang dikenal sebagai orang yang menguasai laras gamelan atau bunyi-bunyi nada, siapa sangka pertemuan itu menjadi fenomena.tuan belanda itu sampai sekian hari belum juga mengambil gitarnya yang sudah selesai di beresi, sugra dan ayahnya sering kali memainkan gitar dan petikannya. Tentu saja petikan mereka barlaras gamelan, menyesuaikan diri dengan bunyi gamelan.
Ternyata bunyi gamelan itu bisa beralih pada patikan gitar. Terjadi suatu migrasi bunyi dari gamelan ke gitar  seperti ada suatu rangkuman tersendiri dari berbagai alat gamelan menjadi hanya satu alat , yaitu prtikan gitar. Sugra akhirnya piawai memainkan petikan gitar keranginan, renggong ( dulu namanya kiser gedhe).
Masih menurut supalih kasim dalam tulisannya berjudul mama sugra:dari gitar belanda yang berdenting terlahir seni tarling, pada dkd tersebut anak-anak mudah mulai ‘kesengsem’ pada gitar dengan petikan laras kelasik daerah.
Tapi satu hal yang pasti seni tarling saat ini meskipun terlah hampir punah. Namun,tarling sekamanya tidak akan bias dipisahkan dari sejarah masyarakat pesisir pantura.
Karena tarling suatu kesenian daerah yang harus kita jaga dan dikembangkan agar tarling bisa popularitas kembali.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

INSTAGRAM

YOUTUBE

Diberdayakan oleh Blogger.