Kamis, 02 Januari 2020

Tarling Cirebon

Tarling Cirebon 

Tarling merupakan kesenian khas dari wilayah pesisir timur laut Jawa Barat (Indramayu-Cirebon dan sekitarnya). Bentuk kesenian ini pada dasarnya adalah pertunjukan musik, namun disertai dengan drama pendek. Nama "tarling" diambil dari singkatan dua alat musik dominan: gitar akuistik dan suling. Selain kedua instrumen ini, terdapat pula sejumlah perkusi, saron, kempul, dan gong. Awal perkembangan tarling tidak jelas. Namun demikian, pada tahun 1950-an musik serupa tarling telah disiarkan oleh RRI Cirebon dalam acara "Irama Kota Udang", dan menjadikannya populer. Pada tahun 1960-an pertunjukan ini sudah dinamakan "tarling" dan mulai masuk unsur-unsur drama. Semenjak meluasnya popularitas dangdut pada tahun 1980-an, kesenian tarling terdesak. Ini memaksa para seniman tarling memasukkan unsur-unsur dangdut dalam pertunjukan mereka, dan hasil percampuran ini dijuluki tarling-dangdut (atau tarlingdut). Selanjutnya, akibat tuntutan konsumennya sendiri, lagu-lagu tarling di campur dengan perangkat musik elektronik sehingga terbentuk grup-grup organ tunggal tarling organ. Pada saat ini, tarling sudah sangat jarang dipertunjukkan dan tidak lagi populer. Tarling dangdut lebih tepat disebut dangdut Cirebon. Sejarah Tarling Cirebonan Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara (pantura), terutama Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon, kesenian tarling telah begitu akrab. Alunan bunyi yang dihasilkan dari alat musik gitar dan suling, seolah mampu menghilangkan beratnya beban hidup yang menghimpit. Lirik lagu maupun kisah yang diceritakan di dalamnya, juga mampu memberikan pesan moral yang mencerahkan dan menghibur. Meski telah begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat, tak banyak yang mengetahui bagaimana asal-usul terciptanya tarling. Selain itu, tak juga diketahui dari mana sebenarnya kesenian tarling itu terlahir. Namun yang pasti, tarling merupakan kesenian yang lahir di tengah rakyat pantura, dan bukan kesenian yang 'istana sentris'. Karenanya, tarling terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan tidak terikat ritme serta tatanan tertentu sebagaimana seni yang lahir di tengah 'istana'. H Abdul Adjib, Pelopor Seni Tarling SENI tradisional tarling (gitar suling) identik dengan Cirebon. Namun, bisa pula dikatakan tarling identik dengan H Abdul Adjib (58). Dialah seniman yang mengangkat pamor tarling hingga bisa populer seperti sekarang. Di tangan Abdul Adjib, tarling bukan lagi sekadar seni musik yang mengandalkan instrumen gitar dan suling, tetapi sejak tahun 1964 menjadi seni pentas yang mempunyai daya pikat luar biasa. Berbagai lapisan masyarakat senantiasa merindukan kehadiran tarling saat pesta pernikahan, khitanan, syukuran rumah baru, pesta panen padi hingga pengangkatan kepala desa. Popularitas tarling kemudian juga mendorong munculnya grup-grup tarling sejak pertengahan 1970-an hingga sekarang dengan berbagai improvisasinya, seperti tarling dangdut, tarling jaipong dan sebagainya. Namun, di antara berbagai grup tarling yang bermunculan tersebut, "Putra Sangkala" pimpinan Abdul Adjib tetap menempati urutan teratas. Pesanan pentas tidak pernah berhenti sepanjang tahun, bahkan untuk permintaan pentas tidak bisa dilakukan dadakan namun harus pesan dan antre sekitar tujuh sampai delapan bulan sebelumnya. Lagu-lagu tarling pun seolah tidak pernah berhenti mengalir dari tangan Abdul Adjib. Lebih dari 300 lagu tarling telah diciptakan, antara lain yang sangat populer, Penganten Baru, Sopir Inden, Tukang Cukur, Kota Cirebon dan sejumlah lagu lainnya yang direkam di piringan hitam, kaset hingga CD. "Namun, saya tidak menikmati keuntungan royalti dari popularitas lagu-lagu tersebut karena semuanya dijual putus," keluh Adjib. Meski tidak menikmati keuntungan royalti, namun nyatanya nama Abdul Adjib sangat melekat di kalangan masyarakat Jawa Barat, terutama yang bermukim di sekitar pesisir pantai utara Jawa (Pantura). Penampilan Abdul Adjib dan grupnya yang kini bernama "Putra Suara" memiliki daya pikat luar biasa, sehingga penonton bisa terpaku di depan panggung sepanjang malam hingga dini hari terutama jika menampilkan lakon-lakon yang sangat populer, seperti Baridin dan Martabakrun. Di luar lakon tersebut, Abdul Adjib diakui banyak pihak memiliki keistimewaan dalam suara, improvisasi panggung dan membuat wangsalan (semacam pantun) yang diiringi musik tarling. Apa pun yang dilihat Adjib di atas panggung, bisa langsung dibuat wangsalan yang mempesona penonton mulai dari gadis remaja hingga orang dewasa.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

INSTAGRAM

YOUTUBE

Diberdayakan oleh Blogger.