Minggu, 22 Desember 2019

Fungsi tarling
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Tarling telah berperan dan mempunyai signifikasi besar dalam mengangkat nilai-nilai seni budaya daerah Cirebon. Beberapa fungsi Tarling yang terangkum secara umum, yaitu :
Sebagai sarana hiburan masyarakat Cirebon dan sekitarnya.
Sarana pengembangan budaya bangsa melalui budaya local
Sarana atau media pengenalan atau penggalian nilai-nilai luhur falsafah kehidupan            bangsa.
Sarana untuk menggali bakat seni bagi para pelaku, pewaris, dan masyarakat awam.
Sarana kreatifitas dan inovatif seni budaya
Sarana Profesi seni budaya
Sarana atau media penyampaian pesan-pesan pembangunan, baik pembangunan fisik material maupun pembangunan mental spiritual
Sarana atau media peningkatan dan pengembangan kualitas berkesenian dan kualitas karya seni masyarakat.
Sarana atau media kontrol sosial masyarakat.
Meningkatkan keterampilan bermusik, dan olah vokal
Secara rohani dan jasmani, dapat menambah dan memberi  rasa damai, senang, gembira, bahagia, puas, serta meningkatkan nilai kemanusiaan.
Meningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri, serta kesadaran dalam berhubungan dengan sesama, dengan alam lingkungan, dan dengan tuhan Yang Maha Esa. Dan lain-lain.
Tarling merupakan hasil dari buah pemikiran masyarakat Cirebon mewarnai kehidupan mereka. Fungsi hiburan timbul secara eksplisit dan pada akhirnya mempersatukan kekerabatan mereka lewat seni itu sendiri. Seiring berkembangnya pemikiran manusia, mereka merasa perlu untuk seni.
Kalau menyebut hiburan tarling, maka wilayah cirebon hampir dipastikan hiburan ini menjadi hiburan utama dalam acara hajatan baik pernikahan maupu sunat. Bahkan diacara tertentu misalkan hari ulang tahun desa atau hiburan siang atau malam, tarling menjadi pilihan utama untuk mengundang orang dalam hajatan.

Hiburan ini bahkan memasuki perbatasan jateng jabar tepatnya di wilayah Kecamatan Losari, adat hiburan tarling dan juga diselingi dengan kombinasi lagu-lagu dangdut cirebonan menjad nuansa tersendiri bagi warganya.

Saweran kerap terjadi baik pada saat acara hiburan dipernikahan maupu sunat, apalagi jika ada even khusus maka bisa terjadi antara sewa hiburan dengan jumlah uang saweran pun kerap lebih untung saweran. Maklum adat atau budaya yang ada memang menjadikan hal yang biasa diwilayah jawa cirebonan, jawa indramayunan, bahkan jawa sunda pun masih menjadi icon yang tak terkalahkan.

Lagi pop atau rock untuk acara hiburan di wilayah cirebon-indramayu-brebes bagian perbatasan jaten jabar tidak banyak diminati, mereka lebih bangga jika mendatangkan hiburan lengkap model tarling dan dangdut gaya pantura. Walaupun ongkosnya mahal, tapi tidak mengecewakan, karena hampir beberapa warganya ikut mendengarkan musik tersebut apalagi jika ditambah dengan biduan yang berparas ayu dan cantik.

Mungkin orang jawa bagian timur akan merasa kaget, dalam waktu sehari semalam musik full di lantunkan, tergantung request dari penyelnggara dengan pihak pemilik hiburan tersebut.

Kombinasi musik dan lagu disertai denag gaya penyanyi menjadikan tarling mempunyai ciri khas bagi penikmat musik. Namun musik ini belum tentu disukai oleh semua selera daerah, karena karakter dan pembawaan logat daerah juga berbeda, bila tarling disewa oleh orang jawatimuran mungkin tidak cocok, begitu pula lagu jawa timuran dinyanyikan di wilayah cirebonan maka mereka pun merasakan yang berbeda.

Di Jawa Barat tarling juga dijadikan alat promosi kesehanatan ibu dan anak, untuk mengundang masyarakat berbagai cara dilakukan, baik itu melalui media surat maupun musik dan lagu. Pesan moral bisa disampaikan saat berada di sela-sela l penyanyi berhenti lagunya, pihak promotor langsung memberikan promos nya untuk edukasi. Gaya dan model bahasanya disesuaikan dengan bahasa mereka. Yang penting pesan tersampaikan.

Mereka yang berbakat menyanyi, dilakuka kaderisasi untuk menjdi penerus yakni jadi penyanyi cirebonan. Kadang juga beverapa daerah mencoba membuat kontes bakat dan minat menjadi penyanyi cirebonan dan indramayunan. Wajar jika kesinambungan hiburan tarling hingga kini masih langgeng dan susah untuk pudarnya.
Share:
Jenis musik tarling
Irama lagu tarling  mempunyai irama lagunya masih lambat dan tidak ada syair atau lirik lagu yang baku, irama tarling juga memiliki suara yang khas.
“ hanya kerangka lagunya saja tempo bisa sampai 4/8 tergantung suara gongnya. Musik tarling klasik ini mirip dengan musik-musik yang biasa dinyanyikan sinden,”ucap supali.
Di fase pertama ini, beberapa pelopor tarling klasik diantaranya sugra (1940) dari kelurahan kepandean, indramayu serta jayana dari karangampel, indramayu. Sementara, di fase kedua memasuki fase tarling kiser gancang (1960-1980). Di era ini, irama lagu dalam musik tarling memberi nama lain tembang anyar,”ucap supali.
Musik-musik tarling ini masih sangat Kental irama musik nya ia mempunyai ciri khas tersendiri,sedangkan dangdut atau lebih dikenal dengan kata(organ tunggal) sudah mempunyai irama yang berbeda.
Di fase kedua ini, musik kiser gancang masih memakai notasi daerah yang berasal dari gamelan. Hanya saja difase kedua ini tempo dan iramanya lebih cepat. Beberapa contoh musik tarling klasik kiser gancang seperti warung pojok ciptaan abdul azib dari daerah mayung kabupaten Cirebon, sementara untuk seniman tarling klasik kiser gancang ada uci sanusi dari klangenan Cirebon , sunarto dari kecamatan palimanan.
Sementara fase ketiga musik tarling mulai bervolusi dengan berbagai musik lain. Pada fase ketiga ini, para seniman menyebutnya tarling dangdut(1980-sekarang). Di fase ini, musik tarling sudah berkolaborasi dengan irama music dangdut nasional . Di sini tarling dangdut mulai berpengaruh musik dangdut Rhoma Irama.
“Tarling kita juga mulai menggunakan gendang dan orkes dangdut , drum , terompet , termasuk busananya seniman dangdut , “ sebut supali.
Dari sisi lagu tarling dangdut ini tidak lagi menggunakan notasi tradisional atau gamelan , irama lagu nya pun lebih cepat dari kiser gancang.
Tarling memang jenis kesenian grass root, tidak lahir dari keraton, musik ini tidak bersifat istana sentris yang memiliki pakem tersendiri atau ritme yang teratur seperti seni yang lahir dilingkungan dalem keraton. Musik ini mengalir seperti air dalam kehidupan masyakatnya. Oleh sebab itu, ia selalu berkembang mengiringi perubahan zaman. Syair-syair dalam tarling selalu menceritakan kisah sehari-hari yang sarat pesan moral, menggambarkan kehidupan masyarakat di pesisir pantura Jawa Barat. Nasehat, pegat-balen (Kawin Cerai), wayuan (Poligami), demenan (cinta), masalah rumah tangga, kebiasaan masyarakat (mabuk, maen, madon—minuman keras, judi, main perempuan), menjadi tema utama dalam lagu-lagu tarling.

Diawal perkembanganya syair tarling lebih mengadopsi pada kiser dermayonan dan cerbonan (sastra lisan semacam pantun). Seperti Jayana dalam kiser manunggal-nya yang masih bisa kita nikmati sampe sekarang. Menceritakan seorang Jayana tak luput dari cerita mengenai kemerduan suaranya, alkisah sewaktu ia tertangkap oleh tentara Belanda, segera ia dijembloskan ke penjara. Selama ia beberapa hari ia mendekam disana. Nasib baik berpihak padanya, kala tentara Belanda sedang bertengkar, mempermasalahkan masalah gitar. Jayana meminta gitar tersebut untuk dimainkannya. Dengan lihai dia petik, alunan melodi indah tarling dan suara khas Jayana menghipnotis tentara. Akhir cerita dia bisa melarikan diri.

Cerita Jayana dan mitosnya memang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Tapi, begitulah adanya cerita yang berkembang di masyarakat. Seniman asal Karangampel Indramayu ini, memang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam memainkan gitar dan yang paling dielu-elukan adalah suaranya yang merdu, tinggi, dan ciri khas nada pesisiran.
Share:
TARLING MAMA JANA
SUJANA PARTANAIN yang akrab dipanggil mama jana  satu-satunya seniman tarling klasik di Cirebon. Tarling klasik salah satu kesenian tradisional asli Cirebon yang terlupakan, tak seperti dangdut pantura.
Mama jana menceritakan perjuangannya memperkenalkan tarling pada zaman kolonialisme. Mama jana juga tak memungkiri, zaman kolonialisme menjadi era kejayaan tarling klasik. Dikatakan mama jana, era kejayaan tarling klasik mulai meredup di era orde baru.
Dijaman orde baru sekarang sangat populer organ dangdut sedangkan kesenian tarling sudah kurang diminati oleh masyarakat .
Mama jana mengaku banyak momen yang tak terlupakan pada  masa era kejayaan tarling klasik. Mama jana harus bisa berbaur dengan para penjajah agar bisa mendapatkan kesempatan bermain tarling klasik.
“pernah ditanya-tanya penjajah, mereka khawatir kita bawa pemberontak. Khawatir sih pasti, tapi tidak pernah menjadi tahanan. Seniman mah tak dilarang,karena hiburan,”tuturnya.
Mama jana merupakan generasi kedua seniman tarling klasik di Cirebon. Sebelum mama jana,barang menjadi seniman tarling klasik pertama. Awal mula kecintaan jana terhadap tarling klasik lantaran kerap nimbrung bersama teman-teman seniman tarling waktu usianya masih 10 tahun.
Sampai mempunyai sanggar sendiri yaitu bernama sanggar “Candra kirana” dan banyak yang mengikuti sanggar tersebut. Mengikuti atau latihan disanggar candra kirana tanpa di pungut biaya sama sekali, mama jana pun memiliki murid dari luar negeri yang berasal dari California, turis tersebut ingin belajar mengenai sebuah tarling,tarling yg dikenal mempunyai irama yang sangat merdu,turis dari California itu belajar di sanggar candra kirana sekitar 3 bulan lebih,ia belajar mengenai tarling .
Sanggar candra kirana ini sudah terkenal sejak lama,Menurutnya, kesenian Tarling Klasik saat ini jarang bahkan tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah setempat. Padahal dulunya kesenian ini identik sekali dengan Cirebon, bahkan ditahun 1940-1950-an sempat dinamakan Melodi Kota Udang.

"Disebut demikian karena berasal dari Cirebon, dan di Balaikota Cirebon terdapat ukiran atau simbol udang," kata Mama Jana.

Jana menjelaskan, di sanggar miliknya, beberapa anak muda dari daerah lain seperti Aceh dan Benua Amerika sengaja datang berlatih Tarling Klasik. Dari hal tersebut, bisa disimpulkan kesenian ini memiliki daya tarik dan diminati orang banyak.

Seharusnya pemerintah setempat memberikan kesempatan kepada penggiat Tarling Klasik untuk tampil di pusat-pusat keramaian guna memperkenalkan kesenian asli daerahnya.

"Kalau bisa pemerintah beri kesempatan untuk main di hotel-hotel untuk," terang Mama Jana.

Jana menambahkan, hingga kini dia sangat bangga bermain Tarling Klasik, karena jarang dan bisa bermain gitar klasik. Dan untuk melestarikan agar kesenian Tarling Klasik masih ada hingga bertahun-tahun nanti, Jana sudah menurunkan keahliannya ke cucunya.

"Saya sudah turunkan ke keluarga yakni ke cucu. Bahkan cucu saya sudah bisa bermain melodi Tarling Klasik dengan baik," pungkasnya.

Share:
PERKEMBANGAN SENI TARLING
Musik-Musik yang tersebar di daerah nusantara , antara satu daerah dengan daerah lainnya memiliki kaarakteristik yang berbeda/beragam .Perbedaan tersebut terbentuk , serta dipengaruhi oleh beberapa hal , antara lain karena :
Bentuk/wujud instrument
Cara memainkan alat musik
Penyajian
Alat bahan pembuatan
Paling utama adalah karena kekhasan nya pada pengunaan nada tangga yang dimainkannya. Dari sekian banyak music daerah yang ada, salah satu nya adalah tarling.
Tarling sebagai karya intelektual musik khas Cirebon , memberikan andil mengangkat nilai-nilai budaya Cirebon ,dalam perkembangannya di perkirakan telah mengalami perubahan bentuk dan cara pengekpresian nya . Perbubahan tersebut ditandai oleh beragamnya jenis irama musik tarling, seperti: klasik,tarling dangdut, pop, dan tarling disko. Tarling klasik oleh sebagian pengamat seni Cirebon, dianggap sebagai music identitas dan jatidiri melodi kota udang(sebutan bagi kota Cirebon). Beragamnya musik tarling yang terus berubah dan berkembang di masyarakat luas.
Daerah Cirebon yang dimaksud disini adalah daerah bekas karesidenan Cirebon atau pada jaman orde baru bisa juga disebut wilayah III Cirebon. Wilayah ini terdiri dari kabupaten Cirebon, kota madya Cirebon, kabupaten indramayu, kabupaten kuningan, dan kabupaten majalengka. Namun karena keterbatasan waktu, pengkajian dan penelitian hanya dilakukan diwiliyah Cirebon saja .
Pada tahun 1950-an music serupa tarling telah disiarkan oleh RRI Cirebon dalam acara “irama kota udang”, dan menjadikannya populer. Pada tahun 1960-an pertunjukan ini sudah dinamakan “tarling” dan mulai masuk unsur-unsur drama. Semenjak meluasnya popularitas dangdut pada tahun 1980-an , kesenian tarling terdesak. Ini memaksa para seniman tarling memasukkan unsur-unsur dangdut dalam pertunjukkan merka, dan hasil percampuran ini dijuluki tarling-dangdut (atau tarlingdut). Selanjutnya, akibat tuntutan konsumennya sendiri, lagu-lagu tarling di campur dengan perangkat music elektronik sehingga terbentuk grup-grup organ tunggal tarling organ. Pada saat ini ,tarling sudah sangat jarang dipertunjukkan dan tidak populer.
Organ dangdut yang sekaranglah yang sedang sangat populer diwilayah Cirebon,sedangkan kesenian musik tarling sudah hampir punah.
Tarling adalah sebuah musik klasik yang iramanya sangat merdu dan asik didengar,musik tarling juga memiliki beberapa lagu atau nada yang sangat santai . tarling adalah kesenian yang memiliki nada yang sangat merdu,beda dengan musik dangdut musik dangdut bisa dikenal dengan musik pop.
Share:
TARLING
Tarling adalah salah satu jenis musik yang populer di wilayah pesisir pantai utara (pantura) Jawa Barat, terutama wilayah Indramayu dan Cirebon. Nama tarling diidentikkan dengan nama instrumen itar (gitar) dan suling (seruling) serta istilah Yen wis mlatar gage eling (Andai banyak berdosa segera bertaubat). Asal usul tarling mulai muncul sekitar tahun 1931 di Desa Kepandean, Kecamatan/Kabupaten Indramayu.[butuh rujukan] Saat itu, ada seorang komisaris Belanda yang meminta tolong kepada warga setempat yang bernama Mang Sakim, untuk memperbaiki gitar miliknya. Mang Sakim waktu itu dikenal sebagai ahli gamelan. Usai diperbaiki, sang komisaris Belanda itu ternyata tak jua mengambil kembali gitarnya. Kesempatan itu akhirnya dipergunakan Mang Sakim untuk mempelajari nada-nada gitar, dan membandingkannya dengan nada-nada pentatonis gamelan.
Hal itupun dilakukan oleh anak Mang Sakim yang bernama Sugra. Bahkan, Sugra kemudian membuat eksperimen dengan memindahkan nada-nada pentatonis gamelan ke dawai-dawai gitar yang bernada diatonis. Karenanya, tembang-tembang (kiser) Dermayonan dan Cerbonan yang biasanya diiringi gamelan, bisa menjadi lebih indah dengan iringan petikan gitar. Keindahan itupun semakin lengkap setelah petikan dawai gitar diiringi dengan suling bambu yang mendayu-dayu. --- Alunan gitar dan suling bambu yang menyajikan musik Dermayonan dan Cerbonan itu pun mulai mewabah sekitar dekade 1930-an. Kala itu, anak-anak muda di berbagai pelosok desa di Indramayu dan Cirebon, menerimanya sebagai suatu gaya hidup. Trend yang disukai dan populer, di jondol atau ranggonanak muda suka memainkannya,seni musik ini mulai digandrungi. Pada 1935, alunan musik tarling juga dilengkapi dengan kotak sabun yang berfungsi sebagai kendang, dan kendi sebagai gong. Kemudian pada 1936, alunan tarling dilengkapi dengan alat musik lain berupa baskom dan ketipung kecil yang berfungsi sebagai perkusi.
Sugra dan teman-temannya pun sering diundang untuk manggung di pesta-pesta hajatan, meski tanpa honor. Biasanya, panggung itu pun hanya berupa tikar yang diterangi lampu petromaks (saat malam hari). Tak berhenti sampai di situ, Sugra pun melengkapi pertunjukkan tarlingnya dengan pergelaran drama. Adapun drama yang disampaikannya itu berkisah tentang kehidupan sehari-hari yang terjadi di tengah masyarakat. Akhirnya, lahirlah lakon-lakon seperti Saida-Saeni, Pegat-Balen, maupun Lair-Batin yang begitu melegenda hingga kini. Bahkan, lakon Saida-Saeni yang berakhir tragis, selalu menguras air mata para penontonnya.
Namun yang pasti, nama tarling saat itu belum digunakan sebagai jenis aliran musik. Saat itu nama yang digunakan untuk menyebut jenis musik ini adalah Melodi Kota Ayu untuk wilayah Indramayu dan Melodi Kota Udang untuk wilayah Cirebon. Dan nama tarling baru diresmikan saat RRI sering menyiarkan jenis musik ini dan oleh Badan Pemerintah Harian (saat ini DPRD) pada tanggal 17 Agustus 1962 meresmikan nama Tarling sebagai nama resmi jenis musiknya.
Tapi satu hal yang pasti, seni tarling saat ini meskipun telah hampir punah. Namun, tarling selamanya tidak akan bisa dipisahkan dari sejarah masyarakat pesisir pantura. Dikarenakan tarling adalah jiwa mereka, dengan ikut sawer keatas panggung atau sekadar melihatnya, dan mendengarnya seolah mampu menghilangkan beratnya beban hidup yang menghimpit. Lirik lagu maupun kisah yang diceritakan di dalamnya, juga mampu memberikan pesan moral yang mencerahkan dan menghibur.
Namun yang pasti, nama tarling saat itu belum digunakan sebagai jenis aliran musik. Saat itu nama yang digunakan untuk menyebut jenis musik ini adalah Melodi Kota Ayu untuk wilayah Indramayu dan Melodi Kota Udang untuk wilayah Cirebon. Dan nama tarling baru diresmikan saat RRI sering menyiarkan jenis musik ini dan oleh Badan Pemerintah Harian (saat ini DPRD) pada tanggal 17 Agustus 1962 meresmikan nama Tarling sebagai nama resmi jenis musiknya.
Tarling adalah salah satu jenis musik yang populer di wilayah pesisir pantai utara (pantura) Jawa Barat, terutama wilayah Indramayu dan Cirebon. Nama tarling diidentikkan dengan nama instrumen itar (gitar) dan suling (seruling)
Pertunjukan tarling itu sendiri berupa musik dengan membawakan lagu-lagu gamelan Cirebon, seperti kiser, bendrong, waledan, dan lain-lain.
Dengan kreativitas para pelakunya, tarling kemudian berubah bentuk dari seni musik menjadi teater. Pertunjukan tersebut menyerupai pentas opera, yang sebagian besar tokoh-tokohnya melantunkan dialog dalam bentuk nyanyian.
Kesenian tarling lebih populer di daerah Indramayu dan Cirebon sebab masyarakat di daerah pesisir seperti di kedua daerah tersebut lebih suka mengungkapkan perasaannya langsung secara verbal. Oleh karena itu, nilai dan makna yang terkandung dalam seni Tarling lebih diarahkan pada segi hiburan namun disertai dengan syair-syair yang menceritakan ketabahan dalam menghadapi penderitaan.
Share:

NILAI DAN MORAL DALAM KESENIAN TARLING


Indonesia merupakan Negara plural yang terdiri dari beberapa suku, bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, dan kesenian daerah yang masing-masing memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Ciri khas tersebut di setiap provinsi memiliki nilai-nilai filosofi yang berbeda dengan yang lainnya. Di daerah Cirebon khususnya, bentuk-bentuk kesenian baik jawa maupun sunda dapat hidup dan diterima oleh kalangan masyarakat yang menyukainya. Salah satu kesenian Jawa yang sampai saat ini eksistensinya masih diakui oleh masyrakat Cirebon adalah kesenian Traling.
            Kata “Tarling” diidentikkan dengan perpaduan dua buah instrumen yang merupakan akronim dari itar atau yang biasa gitar sebut gitar dan suling yang biasa kita sebut dengan seruling. Tarling juga memiliki makna “yen wis mlatar gage eling” yang artinya andai seseorang banyak berdosa maka segeralah betaubat. Perpaduan antara seni musik dan drama dalam kesenian musik tarling ini lebih diidentikkan dengan sebutan tarling klasik atau tarling asli. Komposisi lagu-lagu tarling pada dasarnya merupakan modifikasi dari sebuah kesenian gamelan yang dicipkatan dan dimainkan dalam laras pelog maupun laras slendro, misalnya kiser saedah, dermayonan dan cerbonan.
            Traling merupakan salah satu kesenian khas daerah pantura Jawa barat yang bertempat di daerah Indramayu dan daerah Cirebon. Kesenian tarling merupakan kesenian yang masuk dalam golongan seni campuran antara drama dan musik. Dalam permianan kesenian tarling menggunakan alat-alat musik yang terdiri dari gitar dan suling, lalu ditambhkan oula alat musik gendang dan goong sebagai kelengkapan pembantu dalam suatu pergelaran tarling atau pementasan tarling.
            Kesenian tarling tidak hanya menyuguhkan pola permainan yang harmonis antara para pelaku dengan alat-alat musik yang digunakannya atau hubungan yang komunikatif antara pelaku dengan penonton lainnya. Kesenian tarling juga mampu memberikan nilai dan pesan moral yang termuat dalam setiap lirik lagu yang dimainkannya dan drama yang dipertujunkannya sehingga nilai dan pesan moral tersebut bisa diinternalisasi oleh pelaku.
            Nilai-nilai pada kesenian musik tarling memiliki makna berguna, mampu, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai-nilai dari kesenian musik tarling ini merupakan suatu kualitas yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna atau dapat menjadi objek kepentingan.
            Pertunjukkan tarling juga sering sekali dikenal dengan tradisi saweran. Sebuah tradisi dimana penonton memberikan uang kepada pesinden karena hal tersebut mencerminkan moral yang kurang baik maka proses maweran kemudia dirubah dengan cara memberikan uang kepada pesinden melalui perantara kotak atau diberikan langsung ke tangan pesinden.
            Para pemian kesenian musik tarling memahami nilai dan pesan moral ketika sedang pementasan tarling berlangsung. Lirik lagu yang dinyanyikan oelh sinden dan wiraswara serta drama yang dimainkan mengajarkan tentang nilai, moral, kritik sosial, kontrol sosial, dan dakwah bagi masyarakat. Lirik lagu maupun lakon drama yang dimainkannya, dinilai mampu memberikan pesan-pesan moral yang mencerahkan dan menghibur para masyarakat.
Suatu kebudayaan kesenian musik tarling memahami nilai dan pesan moral tarling melalui sudut pamdang penduduk asli atau pelaku kesenian musik tarling. Nilai-nilai yang terdapat dalam kesenian musik tarling diantaranya ada empati. Empati dalam kesenian musik tarling ini merupakan komponen yang mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain rasakan. Jadi, empati pada nilai-nilai yang terdapat didalam kesenian tarling ini tidak hanya merasakan apa yang diraskaan oleh orang lain tetapi juga mampu memahami dan memberikan pengaruh kepada orang lain. Perasaan empati adalah keyakinan bahwa kesenian tarling tidak akan pernah hilang. Adanya jenisu musik dangdut terhapat taling tidak akan merubah keputusannya untuk berkecimpung di dunia seni tarling.




Rihhadatul'aisy Zaid
Share:

PEMENTASAN TARLING DI BERBAGAI KOTA


Sanggar Tarling Chandra Kirana yang bertempat di wilayah samadikun gang melati tujuh merupakan tempat untuk mempelajari kesenian musik taling. Sudjana Pertanain atau yang biasa kita sebut Mang Djana yang merupakan pembimbing serta pendiri dari sanggar tarling chandra kirana. Didirikannya sanggar tarling chandra kirana untuk melestarikan kesenian tarling agar terus dikenal dan digemari oleh para masyarakat. Selain untuk melestarikan kesenian tarling, mang Djana mendirikan sanggar tarling chandra kirana juga karena kesukaannya dalam memainkan alat musik gitar. Yang konon katanya, mang Djana dikenal sebagai nayaga penabuh gitar. Pada masa mang djana ini, tarling semakin syahdu dan menjiwa karena selain musik juga ada petikan melodi yang menjadi ciri khas kota cirebon hingga saat ini dan menjadi inovasi yang terbilang luar biasa, selain menjadi ciri khas melodi kiser yang diciptakan mang djana pun menjadu inspirasi berkembangannya dalam musik tarling di kota cirebon.  Maka dari itu, mang Djana mendirikan sanggar tarling chandra kirana tersebut agar kesenian tarling akan terus meningkat di dunia permusikan, kepandaian mang djana dalam memainkan gitar akan terus terasah dan juga mand djana yang memiliki semangat untuk menjujung budaya daerah sendiri dengan mangasah kemampuan memainkan musik tarling ini.
            Sanggar Taling Chandra Kirana ini memberikan kesempatan pada masyarakat khususnya kota cirebon untuk mengetahui dan mempelajari kesenian tarling. Banyak kalangan dari masyarakat yang ingin mengetahui dan mempelajari tarling. Bukan hanya orang dewasa saja yang tertarik dan ingin berlatih kesenian tarling ini. Tetapi anak-anak pun juga tertarik pada kesenian tarling yang menggunkan alat musik gitar dan suling ini. “ Anggota tarling dari sanggar tarling chandra kirana ini beranggotakan 20 orang yang ingin mempelajari tarlin” ucap mang Djana. Untuk mengasah tarling ini agar sampai bisa membutuhkan waktu kurun waktu dua bulan. Belajar tarling tidaklah mudah, jika ingin mempelajari kesenian musik tarling ini kita harus mengenali logat jawa ataupun sunda, jika tidak mengenali logat tersebut maka dalam proses belajar tarling pun sedikit sulit.
            Tarling yang sudah mewabah ke masyarakat mambuat kesenian tarling ini digemari oleh para masyarakat, sejak dari anak-anak hingga dewasa. Tarling yang berasal dari sanggar tarling chandra kirana ini tak jarang menampilkan pertunjukan di acara-acara besar seperti hajatan, event ulang tahun cirebon dan juga tak kalah seringnya tarling sanggar chandra kirana ini sering kali memdapatkan undangan untuk menampilkan kesenian tarling di cafe-café. “ kita sering manggung di café di jalan ampera dalam kurun waktu satu minggu sekali “ kata mang djana selaku pelatih tarling dan juga pendiri sanggar tarling chandra kirana. Tarling sanggar chandra kirana ini juga tak jarang mengikuti perlombaan dan event-event di dalam kota dan di luar kota.
            Sejak tahun 1970, tarling dari snaggar chandra kirana ini sudah mulai mengikuti perlombaan-pelombaan dan even-event. Tarling sanggar chandra kirana juga pernah mengikuti perlombaan di salah satu universiatas di Indonesia yaitu di ISBI atau Institut Seni Budaya Indonesia yang bertempatan di Bandung. “ Tarling sanggar chandra kirana juga pernah diundang di acara pemerintahan ko jogjakarta” uacp mang djana. Selain itu, tarling sanggar chandra kira juga pernah mementaskan kesenian tarling di daerah kuningan dan majalengka.
            Kemampuannya dalam bidang kesenian musik tarling ini, tak jarang juga mang Djana sang pendiri dan pelatih sanggar chandra kirana ini menerima penghargaan sebagai moestro tarling cirebon klasik dalam memelihara dan melestarikan tarling cirebon klasik di kota cirebon.





Rihhadatul'aisy Zaid
Share:

TARLING YANG MEWABAH KE MANCANEGARA


Tarling merupakan kesenian yang berasal dari daerah Kabupaten Indramayu yang bertempat di desa Kepandean pada tahun 1931. Taling merupakan sebuah kesenian musik yang berasal dari alat musik itar atau biasa disebut gitar dan suling yang biasa kita sebut seruling. Tarling yang merupakan salah satu jenis musik yang populer di wilayah pesisir pantai utara atau yang biasa kita sebut pantura Jawa Barat ini memiliki istilah “ yen wis mlatar gage eling “ yang artinya andai banyak dosa segeralah bertaubat.
            Tarling yang memiliki sejarah yang pada saat itu, ada seorang komisaris Belanda yang meminta tolong kepada warga setempat yang bernama Mang Sakim untuk memperbaiki gitarnya yang sedang rusa. Mang Sakim yang pada saat itu deikenal sebagai ahli gamelan. Akhirnya, Mang Sakim pun memperbaikinya. Tetapi setelah gitar milik komisaris Belanda tersebut telah selesai diperbaiki oleh  Mang Sakim tenyata sang komisaris Belanda tersebut tidak mengambil kembali gitar miliknya. Dalam kesempatan tersebut, Mang sakim menggunakan gitar milik komisaris belanda tersebut untuk mempelajari nada-nada gitar yang bernada diatonis dan membandingkannya dengan nada-nada pentatonis yang berasal dari sebuah alat musik gamelan. Keindahan dari nada-nada gitar yang mmebuat tembang-tembang dermayonan dan cerbonan menjadi lebih indah dengan iringan petikan dari gitar. Keindahan semakin lengkap ketika petikan dawai gitar diiringi dengan tiupan dari salah satu alat musik yaitu suling bambu, suling yang digunakan dalam musik Tarling adalah suling diatonis, bentuknya miring yang menjadikan kesenian musik tarling ini mewabah ke masyarakat daerag Indramayu dan Cirebon pada tahun 1930-an.
            Ketika kesenian jenis musik tarling ini sudah mewabah di daerah Kota Cirebon. Ada seorang yang sangat menyukai kesenian musik yang kita ketahui yaitu bernama Djana Pertanain. Djana Pertanain atau yang biasa kita sebut Mang Djana. Mang Djana adalah seorang nayaga yang dikenal sebagai penabuh gitar dalam kesenian taling. Mang Djana ini tidak mempersoalkan tentang dirinya seberapa penting dirinya dalam dunia kesenian tarling ini. Mang Djana yang lahir pada tahun 1936 ini dibesarkan di wilaayah Pekalangan Kota Cirebon. Ditempat inilah untuk pertama kalinya mang Djana membangun sebuah grup tarling yang bernama paduana yang bisa diartikan dalam bahasa Indonesia yang artinya asal ada dan dibangun bersama Surina, Sakim, Marja, dan Minggu. Bakat Mang Djana semakin terasah di grup ini. Grup tarling ini merupakan grup tarling yang bisa dibilang populer dan berisi orang-orang yang memiliki peran penting bagi perkembangan musik tarling.
            Mang Djana pun mendirikan sebuah tempat latihan untuk kesenian musik tarling ini, Sanggar Chandra Kirana. Sanggar Chandra Kirana merupakan salah satu tempat untuk berlatih kesenian musik tarling di Kota Cirebon. Sanggar Tarling Chandra Kirana ini dibangun oleh Mang Djana karena kesenangan Mang Djana pada kesenian musik tarling membuat mang djana mendirikannya. Mang Djana mendirikan Sanggar Chandra Kirana ini bertujuan untuk meneruskan kesenian musik tarling agar tidak hilang dari dunia musik. Didirikannya Sanggar Chandra Kirana ini membuat masyarakat tertarik pada kesenian musik tarling. Tidak hanya orang dewasa saja yang tertarik pada tarling bahkan anak-anak pun ingin sekali mempelajarinya. Karena kehobiannya dalam dunia tarling, Mang djana turun sendiri untuk melatih para anak-anak untuk bisa memainkan alat musik tarling ini. Tidak hanya dalam negeri saja tarling ini dapat mewabah ke daeraah-daerah, tetapi juga tarling sudah mewabah ke mancanegara. “ Ada orang california yang belajar tarling di sanggar chandra kirana” ucap sang pemilik sanggar chandra kirana. Bule asal California ini penasaran pada suatu kesenian musik tarling, dia mengunjungi sanggar chandra kirana untuk mempelajari bagaimana cara memainkan kesenian tarling tersebut. “ orang dari california termasuk orang yang sangat cepat untuk mempelajari tarling, dua kali pertemuan ia sudah bisa memaikan delapan lagu” kata mang djana.





Rihhadatul'aisy Zaid
Share:

PERKEMBANGAN TARLING DALAM DUNIA MUSIK


Kabupaten Indramayu yang terletak di utara Jawa Barat merupakan daerah yang banyak akan kesenian dan budayanya. Mulai dari tarian, musik, sandiwara, dan kesenian lainnya. Kesenian yang sempat populer di daerah Indramayu pada tahun 1930 ini sempat menggencarkan para warga khususnya para anak-anak. Kesenian ini dinamakan Tarling. Tarling merupakan kesenian musik yang terdiri dari alat musik gitar dan suling. Tarling biasa diplesetkan dengan arti “Tes Melatar Gageh Eling” yang artinya sehabis nakal lekaslah sadar. Tarling yang awalnya berdiri di daerah kabupaten indramayu ini sudah berkembang ke daerah-daerah lainnya. Diantaranya  Tarling sudah berkembang di daerah Cirebon hingga Majalengka. Namun seiring berjalannya waktu tarling tidak hanya terkenal di daerah cirebon, indramayu, dan majalengka saja tetapi tarling sudah mulai merambah ke daerah jawa lainnya seperti Subang dan Karawang, serta daerah pantura jawa tengah seperti Brebes, Tegal, dan bagian barat dari jawa tengah yaitu pemalang sudah mengenal dan mengetahui kesenian musik tarling. Yang membuat Tarling merambah ke daerah luar asal dikarenakan bahasa yang digunakan dalam lagu tarling menggunakan bahasa yangs selaras dengan bahasa keseharian masyarakat yang menyebabkan masyarakat lebih cepat terbawa penyebaran kesenian musik tarling ini. Tarling adalah salah satu jenis kesenian daerah yang memiliki karakteristik lagu yang unik, baik segi komposisi musik, materi lagu, serta perkembangannya.  Hal itu menyebabkan cukup menarik untuk dijadikan bahan kajian dan penelitian, dalam memahami eksistensinya di lingkungan masyarakat pendukungnya.
Dulunya, Tarling ini belum digunakan sebagai aliran musik. Pada saat itu, tarling masih disebut dengan “ Melodi Kota Ayu “ untuk daerah Indramayu dan “ Melodi Kota udang “ untuk di daerah Cirebon. Dalam perkembangannya, Tarling berkembang dan diasuh secara penuh oleh para panggung pementasan. Tarling dibesarkan dan dibentuk oleh kebutuhan panggung. Instrumen dari alat musik gitar dan suling menjadi babak awal pagi dunia permusikan dengan membawa nama taling dengan cara menunjukkan suatu pertunjukkan kepada para masyarakat. Darisitulah alat musik gitar dan suling disatukan yang bisa kita sebut dengan Tarling. Tarling telah berperan dan mempunyai signifikasi besar dalam mengangkat nilai-nilai seni budaya daerah cirebon. Tarling ini sebagai saran pengembangan budaya bangsa melalui budaya lokal , sarana pengenalan atau penggalian nilai-nilai luhur falsafah kehidupan bangsa, sara untuk menggali bakat seni bagi para masyarakat serta sebagai sarana kreatifitas dan inovatif seni budaya.
Tarling mengkomposisiskan diri dengan seni tari dan seni peran, permentasan tarling di tahun 1950-1960 begitu di nanti dan menjadi primadona masyarakat cirebon dan sekitarnya. Lambat laun kesenian tarling tidak sekadar menjadi hiburan rakyat namun juga mampu dan memiliki nilai tawar dimata para pemilik kepentingan. Boleh dibilang kesenian ini mulai dilirik kalangan pengusaha industri musik sampai pejabat pemerintahan. Suara gitar yang bernada diatonis membuat suatu iringan yang sangat indah. Keindahan itupun semakin lengkap setelah petikan gitar diiringin oleh tiupan suling. Dari suara petikan gitar dan tiupan suling dapat mewujudkan tembang tembang yang bersyair. Bahkan dalam pementasan taling ini kita bisa menambahkan alat musik seperti gendang, kecrek, sampai suara sendok supaya dapat mewarnai iringan yang merdu dan menjadi pementasan tarling yang luar biasa.       
Lirik dalam tarling terdiri dari parikan dan wangsalan. Baik parikan atau wangsalam biasanya cenderung memiliki gaya spontanitas penembangnya. Tema-tema yang coba di sampaikan beraneka ragammulai dari cinta, gurauan satir, keresahan pribadi hingga pesan - pesan moral dan nilai-nilai dalam kepercayaan.




Rihhadatul'aisy Zaid

Share:

SEJARAH TARLING



Tarling merupakan kesenian musik yang berasal dari kabupaten indramayu tepatnya di desa kepandean pada tahun 1931. Traling yang terdiiri dari alat musik itar atau yang bisa kita sebut gitar dan suling  yang bisa kita sebut seruling ini merupakan kesenian yang banyak digemari masyarakat.
Menurut versi Indramayu, yakni dari gitar rusak milik komisaris Belanda. Lalu, ada seorang seniman asal Cirebon ini yaitu Mang Sakim menerima permintaan dari tentara Belanda kepada seniman ahli gamelan, sugro, untuk memperbaiki gitar milik tentara belanda yang rusak. Mang Sakim pun kemudian menerima permintaan tentara Belanda untuk memperbaiki gitar miliknya yang rusak. Mang Sakim waktu itu dikenal sebagai ahli gamelan. Hal itupun, mang sakim memberikan gitar yang rusak kepada anaknya yang bernama sugra. Sugra pun memperbaiki gitar tersebut. Kepandaian sugra dalam memperbaiki gitar yang rusak dengan kemampuan berinovasi Sugra yang mampu memasukkan dan menciptakan nada-nada pentatonis pada alat musik gamelan ke dawai-dawai gitar yang bernada diatonis. Karena sugra yang menciptakan nada-nada pentatonis dari alat musik gamelan ke dawai-dawi gitar yang bernada diantonis membuat tembang-tembang yang berasal dari Indrmayu dan Cirebon yang biasanya diiringi gamelan saja, tetapi sekarang bisa menjadi lebih indah dengan iringan petikan gitar yang bernada diatonis dan diiringi suling bambu yang mendayu-dayu.
Menurut versi cirebon; jauh sebelum Pa Sugra mengenal gitar, di kota cirebon gitar sudah jauh diperkenalkan pada masyaralat cirebon baik karena letak keresidenan Belanda yang memang berpusat di kota Cirebon atau peran sebuah  sanggar kesenian milik masyarakat pendatang yang berasal dari dataran Cina. Konon sanggar ini berusia tidak jauh berbeda dengan klenteng tertua yang berada ditepian pelabuhan Cirebon. Sanggar ini Terletak diwilayah kebon panggung, dan dari sinilah konon Tarling tumbuh dan berkembang.

            Pada tahun 1935, kesenian musik tarling juga bisa dilengkapi dengan alunan dari kotak sabun yang berfungsi sebagai gendang, Kemudian pada tahun 1936, alunan tarling bisa dilengkapi dengan alat musik lainnya berupa baskom dan ketipung kecil yang berfungsi sebagai perkusi untuk memberikan alunan-alunan yang indah pada saat pementasan. tarling berkembang dan asuh secara penuh oleh panggung pementasan. Dibesarkan dan dibentuk oleh kebutuhan panggung, formula instrumen gitar dan suling menjadi babak awal dimana tarling menunjukan diri pada khalayak.
            Namun, nama tarling saat itu belum digunakan sebagai jenis aliran musik. Saat itu nama yang digunakan untuk menyebut jenis musik ini adalah “Melodi Kota Ayu” untuk daerah Indramayu dan “Melodi Kota Udang” untuk daerah Cirebon. Dan nama Tarling baru diresmikan saat RRI sering menyiarkan jenis musik ini pada tanggal 17 Agustus 1962, nama Tarling sebagai nama jenis musik diresmikan.
            Memasuki tahun 1970-1980, tarling turut menggeser dirinya. Jika di tahun 1960an pencekalan budaya musik barat sangat gencar,- memasuki akhir 80an kondisinya jauh berbeda. Permasalahan yang hadir bukan saja terletak dari masuknya unsur-unsur musik barat,  namun hal yang justru bergerak secara halus ialah kekuatan pemodal dalam mengelola industri musik. Selera mendengar musik menjadi komoditas yang menjanjikan bagi para pembisnis musik. Beberapa seniman tarling yang masih bertahan memainkan gitar dan suling mulai tumbang satu persatu. Alasan utamanya karena grup tarling klasik di anggap tidak praktis (ketinggalan zaman) dan mahal ongkos bayar pertunjukan. Bagi beberapa pelaku tarling klasik yang masih mempertahankan diri, penyelenggaraan kesenian tarling klasik hanya mengandalkan pentas-pentas kebudayaan yang diselenggarakan pemerintah atau paling tidak nostalgia beberapa penggemar tarling klasik yang mengingikan pementasan.

Rihhadatul'aisy Zaid
           



Share:

INSTAGRAM

YOUTUBE

Diberdayakan oleh Blogger.