Wilayah
kultural Kota Cirebon merupakan tempat lahir kesenian musik tarling. Yang
dimaksud wilayah kultural Cirebon adalah daerah tempat orang-orang yang memiliki
kebudayaan khas Cirebon dengan ciri berbahasa Jawa dialek Cirebon, yang
meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirenpn, Kabupaten Indramayu, sebagian utara
Kabupaten Majalengka, sebagian wilayah utara Kabupaten Subang, dan sebagian
wilayah utara Kabupaten Karawang.
Kesenian musik tarling yang lahir
pada tahun 1930-1940, dengan alat musik berupa gitar dan suling yang berbunyi
nada pentatonis gamelan. Perkembangan tarling menunjukkan adanya bagian-bagian
dalam kesenian musik tarling, yakni berupa lagu-lagu klasik, lagu-lagu modern,
drama humor, dan drama panjang. Perkembangan lagu-lagu cukup pesat, terutama
karena pengaruh musik dari luar wilayah, baik dangsut maupun pop. Sejak tahun
1960-an perkembangan lagu-lagu kesenian musik tarling menunjukkan kepentasan,
dengan beberapa ciri yang dinamis, baik dilihat dari musik maupun lirik. Pada
saat ini, kesenian musik tarling telah berkolaborasi dengan sebagai musik dan
telah memasuki pasaran nasional, bahkan internasional. Kebanyakan lagu yang
beredar di pasaran telah menjadi dangdut Cirebonan. Dan Kelihatannya, dangdut
Cirebonan inilah yang akan tampak bertahan lama, karena karkater dangsut telah
menyatu dengan budaya masyarakat Cirebon saat ini, bahkan kesenian musik
tarling dangsut Cirebonan sudah dibungkus secara praktis dengan menggunakan
organ tunggal
Kesenian musik tarling benar-benar
mencuat pada sekitar tahun 1960-an dalam jenis blantika rakyat. Keseian musik
tarling tersebut mampu berdiri sejajar dengan jenis kesenian lainnya, seperti
wayang kuliat, wayang golek cepak, sandiwara maupun tayuban. Bahkan sejak tahun
1970-an tarling sudah menerobos papan atas jumlah panggungan maupun rekaman
kaset.
Seacra esensial kesenian musik
traling menampilkan tiga unsur, yakni pergelaran musik, tembang, dan drama.
Ketiganya menyatu dalam pementasan yang mengusung nilai-nilai kedaerahan, baik
dalam laras, lagu, tema drama maupun bahasa pengantar yang dipergunakan.
Beberapa instrumentalia dang kerangka lagu seperti tetalu, bendrong, barlen,
kiser, Cerbon pegot, dermayonan dan sebagainya sudah dikenal melalui alat musik
gamelan.
Kondisi psikologis, sosiologis, dan
kultural masyarakat agraris atau pantai indramayu atau Cirebon merupakan
kekayaan terciptanya lagu-lagu tarling, baik yang bersifat klasik maupun nge-pop.
Secara spesifik problema sosial masyarakat, guyonan, percintaan, maupun rumah
tangga, yang merupakan nuansa yang seringkali diangkat menjadi tema lagu-lagu
tarling. Tahun 1960 sampai 1970-an banyak mengusung lagu-lagu yang mulai
nge-pop, tidak lagu yang klasik, dengan tema umum kemasyarakatan dengan irama
yang tidak terlalu cepat. Contohnya lagu warung pojok ciptaan H.Abdul Adjib,
lagu Melati Segagang yang diciptakan oleh Sunarto Marta Atmdja.
Pada tahun 1980 sampai 1990,
perubahan tema lagu kesenian musik tarling terjadi saat pada perkembangan tahun
berikutnya. Tempo mulai agak cepat, karena mengikuti pengaruh musik dangdut
nasional yang mulai merebak. Perubahan kultur semacam ini merupakan dialektika
keterbukaan yang lebih banyak digambarkan, baik ditinjau dari runtut latar
belakang sejarahnya. Kesenian musik tarling dianggap sebagai bentuk seni dari
masa ke masa sejak kelahirannya. Ketika musik dangsut mengintervensi tarling,
maka tarling pun secara perlahan dan mungkin dilakukan tanpa sadar berubah gelar
menjadi tarling dangdut. Pengaruh dangsut itu tampak dimulai pada tahun 1980-an. Lagu-lagu yang berkembang
lebih dinamis. Lirik-lirik mulai bervariasi. Contohnya lagu kawin paksa yang
diciptakan oleh H.Udin Zhaen, Pemuda idaman yang diciptkan oleh Sadi.M
Pada apresiasi budaya, lagu-lagu
kesenian musik tarling senantiasa mengalami perubahan dari masa ke masa. Hal
itu juga karena sifat kesenian musik tarling yang bukan merupakan kesenian yang
berasal dari dalam istana, yang memiliki pakem tersendiri. Kesenian musik
tarling lahir di tengah-tengah rakyat. Diperkirakan lahir sejak tahun 1930-an
dan mulai terus berkembang hingga sekarang dengan mengalami perubahan demi
perubahan, termasuk pada lagu.
Dilihat dari perkembangan sejak
tahun 1960-an lagu-lagu kesenian musik tarling mulai mengalami perubahan.
Awalnya hanyalah lagu-lagu klasik yang berasal dari lagu-lagu yang biasanya
diiringi gamelan. Sejak tahun 1960-an terjadi perubahan dalam irama yang sangat
cepat, yang menurut H.Abdul Adjib disebut dengan kiser gancang. Sejak itu
mengalami perubahan lagu karena pengaruh musik dangdut nasional. Bahkan
kesenian musik tarling juga berkolaborasi dengan remix, disko, pop, dan irama
lainnya.
Rihhadatul'aisy Zaid
Sumber : Buku Migrasi dari gamelan ke gitar suling karangan Supali Kasim
0 komentar:
Posting Komentar